Harimau mati meninggalkan belang,
gajah mati meninggalkan gading. Begitu pepatah yang sudah diajarkan sejak
bangku sekolah dasar. Bagi seorang akademisi, cendikiawan, tentu yang
ditinggalkan adalah karya-karyanya tatkala telah menghembuskan nafas
terakhirnya. Namun kenyataannya tidak semua akademisi yang mampu meninggalkan
karyanya setelah tidak lagi berada di alam dunia ini.
Sosok Mestika Zed merupakan akademisi
yang banyak meninggalkan karya-karya ilmiah. Baik berupa buku, tulisan, maupun
pemikirannya yang hingga kini masih bisa dibaca banyak orang. Mestika Zed yang
dikenal sosok dosen idealis yang banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan
ilmiah, menghadiri dan menjadi narasumber
di berbagai seminar, pelatihan workshop, lokakarya dan penelitian,
berskala lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Hal itu bisa dilihat
dari banyaknya buku yang dihasilkan Mestika Zed. Tidak saja buku-buku
bertemakan sejarah karena disiplin ilmunya bidang sejarah, akan tetapi juga
buku lainnya yang menjadi referensi
banyak kalangan akademisi, baik mahasiswa maupun dosen di berbagai perguruan
tinggi.
Meski banyak tampil di
berbagai forum ilmiah, seminar, lokakarya, workshop, diskusi dan bedah buku,
Mestika Zed selalu tampil dengan originalitas pemikirannnya. Hal itu
menunjukkan keluasan pemikiran dan wawasan yang menjadi ciri khas Mestika Zed.
Hal itu juga yang menjadi daya tarik banyak pihak melibatkannya di berbagai
kegiatan ilmiah dan forum.
Buku ini jilid ketiga dari lima jilid yang
merupakan kumpulan makalah Mestika Zed dalam berbagai kesempatan acara seminar,
diskusi panel, lokakarya, workshop dan pelatihan. Jilid ketiga ini terdiri
empat bab, masing-masing kajian sejarah dunia, kajian sejarah lain-lain,
pengajaran sejarah dan kajian sosial.
Asia Tenggara sebagai unit
kajian regional tidak dipersoalkan lagi dan ia telah merupakan lapangan kajian
yang layak dan bisa dipertanggungjawabkan secara akademik. Namun kalau di atas hamparan
peta Asia Tenggara itu ditaruh cincin — representasi dari “kajian
Islam”, terlepas dari apa yang dimaksud dengan istilah itu — maka di situ akan terlihat
bahwa cincin “raksasa” itu tidak “pas” melingkari peta Asia Tenggara, kecuali
hanya sebagian saja. (hal. 3).
Apakah layak untuk memberikan “label”
Asia Tenggara untuk kajian Islam semacam itu, kalau cakupan spatial-nya hanya terbatas di kawasan tertentu saja, inilah yang diingatkan
A.H. Johns sebagaimana dikutipkan di atas. Tetapi persoalannya, tentu saja,
jauh lebih kompleks daripada sekedar kesenjangan dalam cakupan spatial yang dapat diliputinya ke atas
kawasan “Asia Tenggara” itu.
Kini, setelah lebih dari dua dekade
sejak A.H. Johns, melontarkan kritiknya, telah cukup banyak waktu berlalu, telah
cukup banyak peristiwa terjadi dan telah lumayan bertambah pula tulisan-tulisan
mengenai Islam di Asia Tenggara, termasuk di negeri berpenduduk minoritas Islam
seperti Thailand dan Philipina. Tetapi apakah kajian sejarah Islam Asia
Tenggara sudah lebih maju daripada apa yang dirisaukan oleh pakar dan pemerhati
sejarah Islam Asia Tenggara yang cukup produkif itu?
Jawaban atas pertanyaan ini mungkin
bisa dibantu dengan beberapa telaahan sejarah yang lebih kemudian, dan untuk
sementara tampaknya masih sulit mendapatkan gambaran yang koheren tentang
sejarah Islam Asia Tenggara di masa lampau dan di masa sekarang dan dengan
demikian, juga tentang peran regional yang dimainkannya di kawasan itu pada
masa lalu dan dewasa ini. Jika asumsi ini benar, pada tataran mana kajian
sejarah Islam Asia Tenggara dapat dilihat sebagai suatu kemajuan yang berarti
dan sebaliknya pada tataran mana pula dia masih menunjukkan beberapa kelemahan,
sehingga masih perlu terus dibenahi? Selain itu, tentunya juga perlu
dipertanyakan apakah ukuran yang harus digunakan untuk menetapkan suatu
gambaran sejarah Islam Asia Tenggara yang relatif koheren atau “utuh”, sehingga
tidak lagi terkesan compang-camping, fragmentaris, baik dilihat dari segi spatial maupun temporal, yaitu menurut urutan kronologisnya? (hal. 5).
Jika kajian historiografi sebagai
salah satu cabang Ilmu Sejarah dapat didefinisikan sebagai kajian sejarah
pengetahuan sejarah (sebagaimana yang ditulis), maka paling tidak, ada tiga
bidang perhatian harus diarahkan secara seksama. Pertama adalah mengenai karya sejarah dan kedua mengenai sosio-biografi para penulisnya
(sejarawan) dalam arti luas, sedang yang ketiga adalah mengenai konteks jiwa
zaman (zietgeist) dan ikatan
kebudayaan (cultuur-gebundenheid)
yang melahirkan sejarawan dan karyanya. Yang pertama, berkenaan dengan kajian
mengenai genre karya penulisan
sejarah, dan ini dapat dilihat dalam pelbagai perspektif dan bidang garapan
yang menjadi titik perhatiannya. (hal. 6).
Masyarakat Islam di Asia Tenggara
sejak semula berkembang secara terserak-serak dan terpisah satu sama lain tanpa
memiliki tradisi kekuasaan dan pusat peradaban yang langgeng, yang khas Asia
Tenggara. Ini pada gilirannya menyulitkan rekonstruksi sejarahnya yang koheren,
baik dari segi struktur temporal-nya
(atau sekuensi waktunya), maupun dari segi struktur spatial dan jangkauan dimensi sejarah Islam yang menjadi lahan
garapannya. Dapat dilihat, bahwa selama beberapa abad, setidaknya sejak awal
kedatangan dan kemudian berkembangnya Islam (Islamisasi) di Asia Tenggara pada
abad ke-13 sampai munculnya kolonialisme Barat sampai abad ke-19, fenomena
Islam Asia Tenggara sesungguhnya adalah fenomena lokal yang terputus-putus dan
otonom satu sama lain. Bahkan bisa dikatakan bahwa tidak ada ikatan kultural
dan politik antar kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara yang berkembang dalam
ruang dan waktu yang berbeda-beda atau yang bersamaan sekalipun. Justru ikatan
Islam lokal dengan pusat Islam di Timur Tengah (Mekah) lebih “dekat” daripada
antar-lokal (regional) di kawasan Asia Tenggara sendiri. Akibatnya amat sulit
untuk melacak garis perkembangan Islam secara regional Asia Tenggara. (hal. 14).
Berikut daftar isi buku ini:
Kata pengantar
Sambutan Keluarga Mestika Zed
Pengantar: Mestika Zed dan “Warisan”
Keilmuan Prof. Ganefri, Ph.D (Rektor UNP)
Pengantar: Perkenalan Dengan Mestika Zed
Hingga Buku Ini
Daftar Isi
BAGIAN
VIII: KAJIAN SEJARAH DUNIA
- Kajian Sejarah Islam Asia Tenggara: Beberapa Masalah Teoritis-Metodologis
- Nobel
Untuk Sejarah Beberapa Catatan tentang
Karya R.W. Fogel dan Douglass C. North, Pemenang Nobel Sejarah 1993
- Paradoks Peradaban Renungan setelah 50 Tahun Deklarasi Universal
HAM PBB
BAGIAN IX: KAJIAN
SEJARAH LAIN-LAIN
- The
Road Not Taken Or The Missing Chances? Pemetaan Kembali Krisis Milenium dalam Perspektif Sejarah
- Hidden
History Sejarah Kebrutalan dan Kejahatan Negara Melawan Kemanusiaan Isu-Isu dan Strategi dalam Konteks Sejarah
Indonesia
- Pers
dan Sejarah Publik
- Kontroversi Sejarah
- Mazhab
Annales Setelah Braudel
- Clio
dan The New History Humaniora dalam Wacana Teori dan Metodologi Sejarah
BAGIAN
X :
PENGAJARAN SEJARAH
- Metode Pengajaran Sejarah di Sekolah Dewasa
ini, Peluang dan Tantangan
- Pembelajaran Sejarah Lokal Sumatera Barat
- Profesionalisme Guru Yang Terbelenggu di Tengah
Timbunan Persoalan Bangsa
- Isu-Isu Kritis dan Startegis
dalam Pengajaran Sejarah di Sekolah Menengah Dewasa Ini: Sebuah Pemetaan
Pendahuluan
- Pendidikan
Keguruan dan Krisis Profesi Guru Dewasa Ini, Suatu Sumbangan Pemikiran Berdasarkan
Telaahan Sejarah Pendidikan di Sumatera Barat
BAGIAN
XI :
KAJIAN SOSIAL
- Genealogi Ilmu-Ilmu Sosial di
Indonesia Kecenderungan
Bertahannya Gejala Parokialitas Antardisiplin
- Ilmu-ilmu Sosial dan Masalah Pembangunan
- Indonesia
Memerlukan Suatu Strategi Kebudayaan Nasional
- Ingatan Kolektif
Lokal dan Keprihatinan Nasional
- Mendambakan Ilmu-Ilmu Sosial Berwawasan Histrokal
- Iptek dan
Transformasi Sosial Budaya
- Kekerasan, Teror
dan Perubahan Sosial Kajian Historis tentang Terorisme di
Indonesia (Dari Pasca Indonesia Merdeka sampai Era
Refromasi)
- Kondisi Kebangsaan Kita Hari Ini: Sebuah Dilema dan
Tantangan Bagi Ganerasi
Paska-Reformasi
9. Konflik Sosial dan Masalah Disintegrasi
Bangsa Pemetaan Kembali Krisis
Milineum dalam Perspektif Sejarah
Foto-Foto
Bersama Mestika Zed
Lampiran 1:
Daftar Isi Jilid 1 Sampai Jilid 5
Lampiran 2:
Lima Jilid Buku Kumpulan Tulisan
Sejarawan UNP
Prof. Mestika Zed Diterbitkan
Biodata
Penulis
Biodata
Editor
(R/*).