Judul: Tokoh Nahdlatul Ulama dari Sumatera Barat
Penulis:
Armaidi Tanjung, S.Sos., M.A.
Pengantar
: Prof. Dr. Asasriwarni, M.H. (A’wan
PBNU)
Editor:
Rabiah Al-Adawiyah Arni Putri
Tinggi:
14.8 X 21.5
Halaman
: xiv + 176
Cetakan
: Desember 2022
ISBN : 978-979-8833-63-2
Harga
: Rp 70.000,-
Menulis dan
membaca tokoh tidak saja memberikan gambaran terhadap sang tokoh, akan tetapi
juga menggambarkan jejak rekam di mana sang tokoh berkiprah. Saat sang tokoh
ditampilkan dalam tulisan, maka sekaligus akan memberikan gambaran dan
pengetahuan kepada pembaca bahwa sang tokoh sudah berbuat terhadap status yang
disandangnya.
Sosok tokoh
organisasi Nahdlatul Ulama Sumatera
Barat sebagaimana judul dari buku ini, selintas hanya menampilkan sosok singkat
para tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Sumatera Barat. Namun sekaligus juga
menggambarkan jejak rekam organisasi NU di Sumatera Barat, maupun di luar Sumatera
Barat yang diperankan oleh tokoh NU yang berasal dari Sumatera Barat.
Memang harus
diakui, hingga kini belum ada satu pun buku yang menulis sosok atau biografi
tokoh NU Sumatera Barat. Hal tersebut disebabkan beberapa hal, diantaranya
sangat minimnya minat untuk menulis tokoh NU Sumatera Barat. Masuknya NU ke
Sumatera Barat (dulunya Sumatera Tengah), sesudah kemerdekaan RI (sekitar tahun
1953 di Bukittinggi). NU hadir di
Bukittinggi, dua tahun menjelang pelaksanaan Pemilu pertama di Indonesia, yakni
tahun 1955. Saat itu, NU sudah keluar dari Masyumi dan menjadi partai politik
sendiri, yakni Partai NU.
Minat para
peneliti, mahasiswa maupun pengamat sangat tidak tertarik dengan kajian NU di
Sumatera Barat, termasuk tokohnya. Saat dicari di perpustakaan perguruan tinggi
yang ada di Sumatera Barat, khususnya Padang, di Universitas Andalas,
Universitas Negeri Padang, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, maupun
di IAIN Bukittinggi dan IAIN Batusangkar yang sekarang sudah berubah status
menjadi UIN, masih sangat sulit ditemukan hasil kajian terhadap NU. Baik berupa
skripsi, tesis maupun disertasi.
Hanya beberapa
tahun belakangan ini saja mulai ada perhatian segelintir mahasiswa yang menulis
tentang NU dan badan otonomnya. Itupun bisa dihitung dengan jari dan dilakukan
aktifis muda NU yang mulai tertarik melakukan penelitian terhadap NU. Hal ini
juga seiring semakin tingginya qirah dan semangat warga Sumatera Barat untuk
ber-NU. Ini dibuktikan dengan makin sering dilakukan pelatihan pengkaderan,
bimbingan teknis dan kegiatan yang terkait dengan NU. Peningkatan sumber daya
manusia pun terus meningkat. Apalagi dengan hadirnya Universitas Nahdlatul
Ulama (UNU) Sumatera Barat pada dekade
2010- juga semakin memberi ruang lebih besar bagi NU untuk berkiprah di
tengah masyarakat Sumatera Barat.
Karena itu,
kehadiran buku yang berisi profil belasan tokoh NU Sumatera Barat ini patut
diapresiasi. Setidaknya sudah ada upaya penulis muda NU Sumatera Barat ini
menghimpun data, kisah, dokumen, wawancara dan referensi yang terkait dengan
tokoh NU Sumatera Barat. Walaupun harus diakui juga, masih banyak tokoh NU
Sumatera Barat yang bisa ditulis, terutama para pelaku pendiri NU di Sumatera
Barat tahun 1953 tersebut.
Buku ini memang
layak dibaca para kader, pengurus, aktifis
dan simpatisan NU di Sumatera Barat. Termasuk mahasiswa, dosen, peneliti atau
pemerhati ke-NU-an di Sumatera Barat.
Ada
17 tokoh dalam buku ini yang patut diketahui sosok dan kiprahnya di Nahdlatul
Ulama. Mereka adalah ABDUL
AZIZ SHOLEH TUANKU MUDO, Tokoh NU
yang Banyak Melahirkan Aktifis NU, ABDUL GANI LATIF, Dari Militer Sampai
Guru Agama, ABDUL RAZAK TUANKU MUDO,
Sampai Tua, Tetap Komit di Organisasi NU, AISYAH DAHLAN, Perempuan Pariaman Yang
Menjadi Anggota Konstituante RI.
AMIRUDDIN DATUK ADUA NAN BASUDU AMEH, Tokoh NU yang Ikut Menumpas PKI, AMRIL AM, Ber-NU Dengan Semangat Kepedulian, ASRUL SANI, Budayawan NU, Aristokrat yang Merakyat, DJAMALUDDIN MALIK, Seniman NU dari
Maninjau, HUSNI
KAMIL MANIK, Berjibaku Mendirikan UNU Sumbar, MOHAMMAD
DJAMIN, Intelektual Minangkabau Sulit Air Masuk NU, MUHAMMAD THOHA MA’RUF, Ulama Minang, Putra
Banjar Kelahiran Manado, MUHAMMAD ZEN
TUANKU BAGINDO, Musuh
Paling Dibenci PKI, SARIDIN SYARIF, Pendiri
NU di Sumbar yang Menyayangi Anak Yatim, SHAIMOERY WIGNJO SOEBROTO, Gelar Sutan Indra Kesuma, Pamong Pencipta Mars PMII, SJ’ARUDDIN TANI,
Jadi Aktivis NU Sejak 1955, SJARKAWI, Anggota Konstituante Dari NU Sumatera
Barat, USMAR ISMAIL, Pendiri
Lesbumi NU yang Diangkat Jadi Pahlawan Nasional. Selamat membaca. ***