Breaking Posts

6/trending/recent
Type Here to Get Search Results !

Dinamika Pemikiran dan Gerakan Mahasiswa Sumatera Barat Era 1990-an


Judul                : Dinamika  Pemikiran dan Gerakan Mahasiswa Sumatera Barat  Era 1990-an

Penulis               : Armaidi Tanjung, S.Sos, M.A

Pengantar        :   Dr. Hendra Naldi. S.S, M.Hum

Penerbit            : Pustaka Artaz

ISBN                    : 978-979-8833-00-0

Cetakan I         :   Agustus  2024

Halaman          : xx + 370

Harga                  : Rp  ,-

 Peristiwa tahun 1990 sampai 1995 adalah fase perangsangan dalam Gerakan Mahasiswa. Artinya, secara teoretis Gerakan Sosial, dalam periode baru dalam tahap ke-dua setelah masa ketidaknyamanan makin tinggi di tengah masyarakat.  Dalam dunia kampus kehidupan mahasiswa berhadapan dengan situasi pemerintahan yang semakin otoriter terhadap kehidupan kampus.  Pimpinan kampus berubah menjadi pengawal pemerintah untuk selalu mengawasi kehidupan mahasiswa saat itu. Kondisi inilah sekitar tahun 1990-an awal mulai terjadi kritikan terhadap Orde Baru dalam aksi aksi akademik berupa tulisan dan diskusi-diskusi di kampus kampus, dan kondisi ini tidak bisa dilarang oleh pemerintah karena tajuknya tetap akademik. 

 Bung Armaidi, si penulis buku ini, hidup di zaman menjelang runtuhnya Orde Baru sebagai gantinya era reformasi, beliau sebagai mahasiswa sekaligus wartawan sangat kreatif dan terus terpancing untuk selalu aktif hadir dalam diskusi-diskusi mahasiswa. Banyak tulisannya  termasuk menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa. Cukup banyak menulis, dan banyak juga  liputan-liputan yang dilakukan sebagai wartawan berkaitan dengan dunia mahasiswa. Kehadiran buku ini adalah bukti nyata Bung Armaidi hadir dalam zaman yang penuh warna - berdebat dengan warna paradigma ke ilmuwan yang mengasyikkan- tersebut. Beliau adalah “mutiara” pada zamannya. Tidak banyak yang bergerak dalam dunia menulis ini pada dekade itu, dari kampus swasta dan cukup kecil, tidak terlalu terkenal saat itu. Beliau muncul di kampus itu. Ada beberapa penulis mahasiswa saat itu tapi umumnya dari kampus- kampus besar, paling banyak menulis berasal dari mahasiswa Universitas Andalas dan IAIN Imam Bonjol serta anak-anak IKIP Padang.

Bung Armaidi Tanjung, tidak banyak berbicara kalau bertemu, paling setelah dipancing baru akan mengoceh banyak hal. Tapi tokoh Armaidi  adalah “sekrup” zaman, dan zeitgeist-nya akan terlihat nyata dalam kumpulan tulisan yang kembali dikumpulkan menjadi buku. Artinya buku ini meneguhkan zaman dan perubahannya. Peristiwa 1998 tidak sebuah tindakan yang sekonyong-konyong tapi sebuah rangkaian cerita panjang yang ber-awal dari masa tahun 1990. Masa yang dikenal sebagai masa perangsangan. Episode ini penuh berjamurannya tulisan-tulisan yang sifatnya mengkritik kebijakan pemerintah. Masa sering terjadi pertemuan-pertemuan dan diskusi-diskusi di kampus-kampus. Rasanya masa itu kampus begitu asyiknya, meskipun kebijakan pemerintah sangat represif terhadap mahasiswa. Tapi kampus terus bergerak, dan memang akhirnya memasuki tahun 1998 terjadilah peristiwa, belakangan akhirnya kita kenal dengan nama Reformasi.

Penulis buku ini -salah satunya- menjadi bermakna karena beliau punya sekumpulan tulisan, yang mudah- mudahan bisa menjadi daya tarik bagi generasi sekarang -era ini sering disebut sebagai Gen Z- dalam bersikap, dan sekaligus untuk ambil hikmah dari tulisan ini.

Hikmah dalam kajian Sejarah sering kita istilahkan dengan Wisdom, atau bijaksana. Untuk bisa sampai dalam khazanah bijaksana yang dimaksud maka menulis dan membaca catatan kelampauan menjadi harus dan wajib tetap terjaga. Dalam kajian Sejarah catatan dari seseorang dan sekaligus pelaku dalam satu persitiwa sejarah adalah kekayaan data bagi ilmu Sejarah itu sendiri. Tulisan Bung Armaidi ini sekaligus menunjukkan ciri-khas historiografi modern di Sumatera Barat. Kumpulan tulisan ini menjadi khas penulis yang kaya akan imaginasi peristiwa serta tajam pengamatannya terhadap jiwa zaman saat terjadinya peristiwa 1990-an. Buku ini sangat bermanfaat untuk menutupi kekurangan tulisan peristiwa sebelum terjadinya peristiwa reformasi di Sumatera Barat. Apalagi sebagai daerah yang sering disebut gudangnya intelektual masa lalu, lakek dawaik bung Armaidi ini menjadi jejak dan  satu petunjuk untuk menggambarkan kontinuitas proses intelektual yang dimaksud.

Buku ini terdiri dari tujuh bagian. Dimulai dari pendahuluan, menyusul Bagian I:  Mahasiswa dan Perguruan Tinggi memuat 11 tulisan.  Bagian II:  Pendidikan memuat 10 tulisan. Bagian III:  Agama  memuat sebanyak 10 tulisan. Bagian IV:  Keluarga dan Wanita memuat 8 tulisan. Bagian V:   Anak dan Remaja  memuat 8 tulisan. Bagian  VI:   Pengendalian Penduduk  memuat 12 tulisan. Bagian VII: Pembangunan dan Masalah Sosial memuat 15 tulisan. Bagian  VIII:   Dari Berita ke Berita ada 28 tulisan. Kemudian foto-foto, daftar pustaka dan biodata penulis.

  

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.