Jakarta, Pustaka Artaz - Sosok Sitti Manggopoh merupakan figur perempuan pemberani yang siap menyerahkan jiwa raganya dalam mengusir penjajah pemerintahan kolonial Belanda di nagarinya, yakni Nagari Manggopoh yang berada di Luhak Agam, Minangkabau. Peristiwa penyerangan ke benteng Belanda di Manggopoh yang berlangsung pada 16 Juni 1908 tersebut telah menggemparkan Pemerintahan Belanda di Lubuk Basung dan Padang. Sebanyak 53 orang serdadu Belanda tewas dalam serangan tersebut.
Demikian
diungkapkan Penulis Buku Sitti Manggopoh Pejuang Perempuan Dari Minangkabau (1881-1965) Armaidi Tanjung,
usai soft launching buku Sitti Manggopoh Pejuang Perempuan Dari Minangkabau (1881-1965), Sabtu
(11/1/2025) malam di Teater Gedung Perfilman Usmar Ismail Jakarta, usai
pertunjukkan Mahakarya Randai III Kisah Perjuangan Siti Manggopoh yang
digelar Yayasan Sumbar Talenta bersama
Gerakan Mudo Minang Indonesia(GEMUMI).
Soft
launching ditandai dengan pemberian buku tersebut kepada lima orang.
Masing-masing kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Sugeng Haryono, Bupati Agam Dr.
Andri Warman, MM, Anggota DPRD Sumbar
Ridwan Datuak Tumbijo yang juga Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) Manggopoh,
Sutradara Mahakarya Randai III Sitti Manggopoh Joserizal dan Ketua Panitia
Mahakarya Randai III Agus Siswanto.
Hadir Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBPP) RI untuk Kuwait diwakili Raden Muhammad Arif, Ketua DPD
SatuPena Sumatera Barat Sastri Bakry, Penasehat Ikatan Keluarga Srikandi
Manggopoh (IKSM) Jakarta Dr. dr. Hj. Aragar Putri Deli, MRDM, SpKKLP, Wali Nagari Manggopoh Zahmas Ari, S.Pd.I,
Tuanku Sidi, Ketua Bamus Nagari Manggopoh Erigus Rimal Dt. Jalo Anso, Ketua
Forum Sitti Manggopoh, Basnurida, Ketua IKSM Jakarta Mukti Ali dan undangan
lainnya.
Menurut
Armaidi Tanjung, buku ini ditulis bersama ASN di Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera Barat. Dr. Hendri, M.Pd. Buku ini bermula dari penugasan yang diberikan Direktur Pusat
Kajian Sosial Budaya dan Ekonomi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang
(PKSBE FIS UNP) Prof.Dr. Mestika Zed, M.A (alm) pada tahun 2017 kepada kami.
Penugasan ini terkait penulisan biografi
tiga tokoh sejarah di Minangkabau, yakni H. Abdul Manan (1835-1908), Mohammad
Saleh, Datuk Rajo Panghulu (1873-1908) dan seorang tokoh perempuan, Siti
Manggopoh.
“Sitti
Manggopoh secara fisik langsung
menyerang bala tentara penjajah (Belanda) dalam upaya mengusir penjajah dari
bumi ibu pertiwi. Karena itu, Perang Manggopoh adalah bagian dari perlawanan
perjuangan bangsa Indonesia di
Minangkabau untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Sitti Manggopoh telah berjuang dengan sekuat
tenaga, pikiran, dengan hati yang tulus dan sabar menghadapi penguasa di Hindia
Belanda yang datang menjajah rakyat Manggopoh ketika itu (1908),” kata Armaidi
Tanjung yang sebelumnya menulis buku, Kota Pariaman Dulu, Kini dan Masa Depan.
Dikatakan
Armaidi Tanjung, dalam buku ini turut memberikan kata sambutan Gubernur
Sumatera Barat Mahyeldi, Bupati Agam Andri Warman, Pengantar Redaksi Ahli
dari Prof.Dr. Mestika Zed, MA (alm) dan Pengurus PKSBE FIS UNP Dr. Aisiah,
S.Pd., M.Pd. “Buku setebal xxii + 132, diterbitkan Pustaka Artaz. Mudah-mudahan
kehadiran buku semakin menambah penulisan buku terkait sosok pejuang di Minangkabau dan spirit yang diperjuangkan
Sitti Manggopoh dapat ditularkan kepada
generasi sekarang dan masa depan,” tutur Armaidi.
Anggota DPRD Sumbar Ridwan Datuak Tumbijo kepada
penulis buku Armaidi Tanjung menyebutkan, kehadiran buku ini tentu sangat
penting dalam mendokumentasi dan mengetahui jejak perjuangan Sitti Manggopoh
yang dikenal dengan sebutan Mande Sitti di Manggopoh. “Buku ini tentunya
semakin memperjelaskan nilai-nilai dan betapa heroiknya perjuangan yang sudah
dilakukan Sitti Manggopoh di zamannya,” kata Ridwan lagi. (R/**)